Rabu, 13 Oktober 2010

Selasa, 12 Oktober 2010

Rinjani, Tunggu aQ.....

Aku akan kesana...
Meninggalkan jejak-jejak kakiku,
Aku akan kesana,
walau aku tak tahu kapan,
Tetapi tunggu saja aku,
Karena aku akan kesana,
Menggenggam langit dari puncaknya,
Menenggelamkan tubuhku dalam edelweis,
Mengibarkan bendera KAMMI dan Indonesia.....

Boleh saja kalian tertawakan aku,
Karena ini hanyalah mimpi,
Mimpi yang menuntut adanya realisasi...

(My Dream)
LuLu W.S
2010

Untukmu pemuda Indonesia

Kita hidup di tanah ini,
Indonesia adalah kita,
Apa yang ada adalah warna kita dan warna Indonesia.


Tapi.....
Kita telah tertidur
L     E    L    A   P

Tanpa berpikir desingan peluru yang telah menembus dada para pahlawan,
Tanpa merasakan perihnya luka berjuta nyawa yang berbaring bertulang peluru,

Apa arti aliran darah keringat yang telah mengucur demi kita?
Apa artinya punggung yang telah patah?
Bahkan NYAWA...
Tidak lupa air mata...

Semua itu
hanya untuk sebuah kata 'MERDEKA'

Dan sekali-kali ini bukan puisi,
Tetapi pertanyaan untuk nurani
Dari mereka,
yang gugur,
Yang mencintai bangsa, lebih dari dirinya,
Yang menginginkan airmata, bisa mengalir mata air,
Mengharapkan alirannya sampai kepada anak zaman cucunya,

Pertiwi...
Nyawa tangan anak zaman..

(Co. Humas KAMMI, syaiful bahri)

Sebuah pesan.......


Hai Muhammad!!
Hiduplah sesukamu, tapi engkau pasti mati.
Berbuatlah sekehendakmu,
Tapi engkau kan dimintai pertanggung jawaban.
Cintailah siapapun yang kau dambakan,
Tapi kau pasti akan berpisah dengannya.
(Jibril AS)

Cinta, sebuah kata kerja


Di sini kita melihat seorang suami yang suatu hari mengadu untuk bercerai dengan istrinya. “aku sudah tak mencintainya lagi” kata sang suami. Justru karena kau tak mencintainya maka kau harus mencintainya lagi, maka cintailah dia. Karena cinta adalah kata kerja. Lakukanlah kerja jiwa dan raga untuk mencintainya. Karena cinta yang ku maksudkan agar kau temukan cinta yang kau maksudkan. Karena cinta adalah kata kerja.

Mencintai Allah, mencintai RasulNya, mencintai jihad di jalannya. Ia melampaui perasaan suka atau tidak suka. Mungkin ia sulit. Atau kalah jika dibandingkan dengan kecendrungan hati untuk mencitai Ayah, saudara, isteri, simpanan kekayaan, perniagaan, dan jabatan. Tetapi mungkin dan masuk akal untuk digapai. Karena ‘bukan’ perasaan cinta aang dituntut disini, melainkan ‘kerja cinta’.

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padaha ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.s. Al Baqarah:216)

Dalam jihad, cinta menjadi sederhana. Bukan karena kita suka melihat darah tumpah, bukan karena kita menyukai anyir peperangan. Perasaan kita boleh membencinya. Tapi cinta adalah sebuah kerja seperti yang terucap dalam bai’at para sahabat “kami siap untuk mendengar dan taat, baik dalam keadaan rajin maupun malas, baik suka maupun duka, dalam keadaan rela maupun terpaksa.” Inilah kerja untuk mencintai.  

Karena kita beriman pada Allah, kita percaya pada ilmuNya, dan percaya pada kebaikan-kebaikan yang dijanjikan.
Di jalan cinta para pejuang, cinta adalah kata kerja. Biarlah perasaan hati menjadi makmun bagi kerja-kerja  cinta yang dilakukan amal shalih kita.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               
(Salim A. Fillah)

Senin, 11 Oktober 2010

Sebuah motivasi

Saat orang tertidur pulas
Kita terbangun
Itulah sulitnya,
Saat orang merampas,
kita membagi,
Itulah uniknya,
Saat orang menikmati,
Kita menciptakan,
Itulah rumitnya,
Saat orang mengadu,
kita bertanggung jawab,
Ituah bedanya,
Karenanya tak banyak orang bersama kita disini,
Mendirikan IMPERIUM KEBENARAN
Selamat berjuang!!!!
NEVER GIVE UP!!!!
ALLAH WITH US

(dari seorang Qiyadah)

Puisi Rendra

Sajak Pertemuan Mahasiswa

matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit
melihat kali coklat menjalar ke lautan
dan mendengar dengung di dalam hutan

lalu kini ia dua penggalah tingginya
dan ia menjadi saksi kita berkumpul disini
memeriksa keadaan

kita bertanya :
kenapa maksud baik tidak selalu berguna
kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga
orang berkata : "kami ada maksud baik"
dan kita bertanya : "maksud baik untuk siapa ?"

ya !
ada yang jaya, ada yang terhina
ada yang bersenjata, ada yang terluka
ada yang duduk, ada yang diduduki
ada yang berlimpah, ada yang terkuras
dan kita disini bertanya :
"maksud baik saudara untuk siapa ?
saudara berdiri di pihak yang mana ?"

kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah - tanah di gunung telah dimiliki orang - orang kota
perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat - alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya

tentu, kita bertanya :
"lantas maksud baik saudara untuk siapa ?"
sekarang matahari semakin tinggi
lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
ilmu - ilmu diajarkan disini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan ?

sebentar lagi matahari akan tenggelam
malam akan tiba
cicak - cicak berbunyi di tembok
dan rembulan berlayar
tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
akan hidup di dalam mimpi
akan tumbuh di kebon belakang

dan esok hari
matahari akan terbit kembali
sementara hari baru menjelma
pertanyaan - pertanyaan kita menjadi hutan
atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra

di bawah matahari ini kita bertanya :
ada yang menangis, ada yang mendera
ada yang habis, ada yang mengikis
dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !

RENDRA
( jakarta, 1 desember 1977 )
*****

Senin, 04 Oktober 2010

Sajak Angin

Angin itu memang terasa
Kita tahu kemana dia berhembus
Kadang dia lembut, kadang juga keras
Bahkan terlalu keras
Tetapi, yang lucu
Sekeras apapun yang namanya angin
Kita tidak bisa menggenggamnya
Padahal,
Dia bisa melempar kita jauh-jauh

Begitu juga dengan CINTA
Kita tahu dia ada
Dia bisa membuat kita tertawa
Juga menangis
Saat sang kekasih menjauh
Kita bertanya-tanya “kenapa?”
Hingga menangis tersedu-sedu
Tetapi mengapa ketika Allah jauh
Kita tidak bertanya “kenapa?”

Bisakah kita hidup dengan cinta sang kekasih
Yang setiap hari selalu dipuja-puja
Bisakah dia membantu kita
Ketika tergolek tak berdaya
Dengan tubuh dililit selang infus

Waktu kita terlalu banyak habis oleh dunia
Hingga sujud yang hanya lima menit saja
Tak bisa dilaksanakan
Seolah kita adalah manusia paling sibuk

Bisakah KAU sedikit saja bersyukur….!!!!

Lulu W.S
2009
(puisi yang tertulis saat raga masih berjuang dengan infus dan obat-obatan,. Terimakasaih Allah, syukur tak henti atas nikmat yang telah kau berikan padaku)