Jumat, 30 Agustus 2013

Hanya Renungan

Habis nonton tayangan infotaintment tentang seorang artis yang lagi memamerkan kebaya terbarunya..
"Ini rancangan langsung dari tante Anne Avanti, murah lho harganya cuma 80 juta". Mengatakan 80 juta seolah uang yang seharga 800ribu. Standart. Saya tidak bisa menyalahkan sikapnya karena memang dalam dunia industri uang sebesar itu tidak ada harganya, apalagi untuk membeli baju yang sekali pakai selesai.
Saya juga tidak bisa menyalahkan sikap orang yang rela menghabiskan uang puluhan juta hanya untuk tas brand ternama, padahal tas di bawah satu juta juga banyak. Keren-keren, bagus, dan juga awet. Mungkin saja dengan mengenakan tas semahal itu semua orang langsung tertunduk hormat padanya. Mungkin.
Saya juga tidak bisa menyalahkan orang yang rela menghabiskan uang ratusan juta, demi gaun rancangan designer ternama. Mungkin saja gaun itu langsung membuatnya terlihat cantik, atau mungkin saja gaun itu membuat kulitnya yang hitam menjadi tampak putih bercahaya.
Saya tidak bisa menyalahkan orang yang rela menghabiskan uang jutaan demi semangkok sup yang katanya dibuat langsung oleh chef ternama negeri ini. Mungkin saja dengan memakannya, bisa langsung terhindar dari segala macam penyakit. Mungkin saja kan.
Saya juga tidak bisa menyalahkan orang yang rela menghabiskan uang jutaan rupiah untuk membeli tiket konser dan duduk di bagian VVIP, sedangkan untuk membeli tiket seminar pendidikan seharga 100ribu susahnya minta ampun.
Saya juga tidak bisa menyalahkan orang-orang yang berebut membeli gadget keluaran terbaru yang harganya jutaan rupiah setiap bulannya, padahal gadget sebelumnya masih bagus dan layak pakai.
Saya juga tidak bisa menyalahkan remaja-remaja yang gemar mengkoleksi DVD-DVD musik korea band kesukaannya, hingga uang jajannya habis untuk itu sedangkan untuk membeli buku pelajaran saya tidak mampu dan memilih fotocopy di teman. 
Saya tidak punya hak untuk menyalahkan dan melarang.
Sekali lagi saya tidak melarang banyak yang melakukan itu, karena ini semua tentang prestice. Entahlah, mungkin prestice lebih penting dari makan 4 sehat lima sempurna. Mungkin lebih penting dari otak yang pintar. Mungkin tanpa prestice orang-orang tidak bisa hidup. Mungkin...
Saya tidak menyalahkan semuanya, hanya saja marilah kita sedikit saja berfikir realistis. Di bawah langit ada bumi yang luas. Sedangkan di atas langit, akan tetap ada langit, kemudian langit, dan langit selanjutnya., langit tiada akhir. Banyak orang yang hanya untuk makan sebungkus nasi saja mesti banting tulang mencari uang seharian, sedangkan kita tinggal makan susahnya minta ampun, padahal makanan sudah tersedia di meja makan. Banyak orang yang demi mengenakan baju bagus mesti menabung berbulan-bulan dan bekerja keras untuk itu, sedangkan kita jika bajunya tidak bermerk dan mahal kita malas mengenakannya. Banyak orang yang demi bisa bersekolah yang layak, mesti rela kerja paruh waktu tanpa istirahat, sedangkan kita yang tugasnya hanya belajar saja malasnya tidak ketulungan. 
Marilah kita lebih banyak melihat bumi, karena di atas langit akan tetap ada langit. Jangan terlalu sering mendongak, karena bisa jadi kita akan tersungkur karena tidak melihat kerikil kecil di bawah.
Bahagia itu sederhana, cukup mensyukuri apa yang Allah anugrahi kepada kita. Itu lebih dari cukup.
^_^
Sumber Google

Sabtu, 24 Agustus 2013

Hamil 9 Bulan

Ganbatte Kudasai!!!
Kalau menunggu dosen di kampus kita wajib asyik ngeDUGEM, alis DUduk GEMbel di depan ruang kelas. Kalau sudah ada dua, tiga atau lebih perempuan berkumpul maka siap-siaplah susana yang tadinya sunyi senyap menjadi ramai luar biasa mengalahkan pasar,hahaha ^_^ V
Berasa skripsi ini seperti orang yang hamil 9 bulan. Pada bulan-bulan pertama tidak begitu banyak hambatan, semua masih datar saja, tetapi mesti hati-hati dan waspada, soalnya kalau tidak bisa keguguran alias menyerah di tengah jalan. Masuk bulan ketiga, keempat, sudah mulai bosan, lelah, jenuh dan ingin segera menyelesaikan semuanya, bila perlu segera wisuda. Jika fase orang hamil pada bulan ini adalah pada masa-masa di mana ia sering muntah, dan mengalami hal yang tidak enak. Terus masuk bulan keenam, ketujuh, itu adalah masa perut sudah mulai membesar, aktivitas tidak bisa selincah dulu, ekstra hati-hati dan sabar. Kalau skripsi inilah saat harus penelitian, sabar revisi setiap hari, kalau sebelum ini kita masih bisa aktif dalam dua atau tiga organisasi sekaligus tetapi sekarang mesti fokus dulu sama menyelesaikan skripsi. Prioritas. Kegiatan luar tidak bisa seaktif dulu, gerak terbatas. Bulan kedelapan, sudah mulai deg-degan dengan keadaan, aduh anak bagaimana ya lahirannya nanti, anak saya perempuan atau laki-laki, dan banyak lagi kekhawatiran over lainnya. Kalau di skripsi, masa-masa ini adalah masa ketakutan yang over juga, apalagi menjelang ujian skripsi, aduuh saya bisa ndak ya lulus ujian, aduh revisi banyak apa gak, saya bisa di ACC apa nda, dan banyak lagi khawatir lainnya yang berlebihan. Masuk bulan kesembilan, sudah mulai tenang untuk menuju pembebasan. Di skripsi ini sudah melewati masa ujian, ketakutan yang lebai sudah terlewati, tinggal yudisium dan menunggu waktunya wisuda. Orang hamil kalau sudah waktunya melahirkan waduh begitu senang luar biasa, begitu juga dengan mahasiswa yang akan wisuda.

NB: Tidak semua orang sama yah ceritanya, ini mengambil ilustrasi kisah skripsi saya.hehe. Itu membuatnya saya berkesimpulan "Skripsi saya seperti orang hamil 9 bulan". Hahahaha.
Saya mulai mengerjakan skripsi ini bulan januari 2013 yang lalu, kemudian ACC proposal bulan mei, penelitian selama mei dan juni, juli mengerjakan skripsi kemudian revisi dan sebagainya, dan sekarang saya lagi pada masa menunggu detik-detik ujian skripsi. Akan ada dua penguji dan satu penetral yang akan menentukan apakah saya bisa di wisuda atau tidak...Berharap  senin besok semuanya lancar-lancar saja. 
Jika tidak ada halangan dan rintangan saya berharap september ini bisa wisuda. Target kuliah 4 tahun.
9 bulan lamanya, sebentar lagi keluar yang dinantikan... #yeah

"Jika kamu berfikir untuk menyerah, maka fikirkanlah apa yang membuatmu bertahan hingga saat ini. Ganbatte Kudasai."

Kamis, 22 Agustus 2013

PAUD Merah Putih, untuk Sebuah Semangat

Daripada merutuk kegelapan lebih baik menyalakan lilin, kan???? 
Saya tidak menapikkan bahwa saya juga pernah menjadi bagian dari orang yang merutuk keadaan negeri ini. Kenapa pendidikannya kacau, kenapa masih banyak anak yang tidak bisa sekolah, kenapa kesenjangan ekonomi semakin menjadi-jadi, kenapa korupsi semakin merajalela, dan banyak lagi kenapa yang lainnya. Saya juga suka turun-turun ke jalan bersama teman-teman mahasiswa lainnya untuk mengkritisi ini semua. Tidak hanya turun jalan, kita juga sering hearing, dialog, dengan pejabat atau instansi terkait. Tetapi semakin lama jengah juga hanya merutuk keadaan. Oleh karena itu, awal 2013 yang lalu, atas inisiatif beberapa teman-teman kita membuat perkumpulan yang namanya "Mataram Mengajar", gayanya mirip-mirip Indonesia Mengajar-lah,hehe. Mataram Mengajar di bina oleh Lembaga Perlindungan Anak Kota Mataram dan Dewan Anak Mataram. Saya yang kesehariannya berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya dunia anak-anak merasa tertantang untuk berpartisipasi di sini. 
Sekarang Mataram Mengajar telah berhasil membangun 1 PAUD sosial, namanya adalah PAUD Merah  Putih, dan TPQ, yang letaknya di perkampungan nelayan Ampenan, Mataram.  Tidak ada perjalanan yang tidak menemukan rintangan. Tujuan mulia tidak selamanya mendapatkan respon baik, tidak banyak juga orang yang menentang apa yang kita lakukan. Tetapi satu azzam yang tertanam dalam diri "Ingin melakukan sesuatu untuk mereka". Teman-teman yang tergabung di sini hanya beberapa orang saja yang pendidikan, rata-rata mereka adalah anak fakultas hukum yang setiap harinya bergelut dengan undang-undang dan peraturan. Tidak ada pengalaman sama sekali dalam mengajar, tetapi mereka rela belajar dan bekerja keras untuk mengajar mereka. Kita memulai pembangunan PAUD ini dari nol, berbekal sedikit sokongan dana dari pemerintah dan donatur, PAUD ini bisa terbentuk. Mulai dari perombakan bangunan, pengecatan, dsb yang mengerjakannya adalah teman-teman di Mataram Mengajar dan DAM (Dewan Anak Mataram). Baju kotor dan kena cat menjadi sensasi sendiri. Masyarakat setempat juga antusias membantu kita dalam membangun PAUD ini. 
Saat ini PAUD Merah Putih sudah berjalan 4 bulan. Walaupun fasilitas seadanya, tetapi kami para pengajar menikmati hari-hari kita di sana. Hari-hari kita jadi ramai dengan canda tawa mereka. Semoga dari Mataram Mengajar ini semakin banyak sekolah sosial yang akan terbangun.

Ini adalah langkah awal kami. Kami hanya ingin melakukan sedikit yang kami bisa untuk negeri ini. Kami putera-puteri bangsa siap membangun negeri. Dari sini semoga akan lahir bibit-bibit bangsa yang berprestasi...
Sempat masuk Lombok Post kemarin,hehehe.. Deadlinenya harusnya Mataram Mengajar

Rabu, 21 Agustus 2013

Jangan Lagi Tanya Kapan

Terkadang peduli dan menyebalkan itu beda tipis ya. Saya yakin hampir semua mahasiswa semester akhir seperti saya ini ditanya "Kapan wisuda???". Awalnya memang semacam kepedulian, tetapi entah kenapa pertanyaan itu terkadang membuat stress. Apalagi ketika melihat begitu banyak teman kita yang sudah selangkah lebih maju mengerjakan skripsinya. Saya jikalau ditanya kapan wisuda, dengan santai saja saya jawab, "Nanti ketika ada S.Pd dibelakang nama saya, dan saya sudah upload foto wisuda saya,hehee"
Seperti kata Mbak Ollie, life is the art of waiting, hidup adalah seni dalam menanti. Karena akan ada satu momen pun dalam hidup yang terlewatkan tanpa penantian. Ketika SD, kita bertanya kapan yah SMP?? Ketika SMP, kita bertanya kapan ya SMA?? Begitu seterusnya. Akan ada momen-momen dalam hidup yang membuat kita menanti. Tetapi jangan sampai menanti itu menjadi hal yang membosankan dan wasting time. Do it everything you can. Lakukan apapun yang terbaik yang kita bisa. Saya masih ingat juga seuntai kalimat dalam bukunya Mbak Olli ""Yes You Can", di sana beliau mengatakan yang kurang lebihnya seperti ini "Saya paling suka menunggu di bandara, karena di sana tidak ada yang berebut untuk ingin lebih dahulu. Semua orang-orang yang ada di sana terlihat santai dengan aktivitasnya, karena jika tiba waktunya terbang, kita juga pasti akan terbang."
Ketika perjalanan pulang dari Sumbawa kemarin, Bapak sempat bertanya
"Lulu mau mampir kerumah keluarga dulu nda?? Sekalian halal bihalal"
"Hehehe, nanti aja habis wisuda??"
"Lho kok??"
"Iya soalnya nanti pasti ditanya kapan wisuda"
"Nanti kalau sudah wisuda juga pasti akan ada yang nanya, kapan kerja?? Dimana kerjanya?? Kalau sudah kerja terus ditanya, kapan nikah?? Kapan punya anak??"
Dengar Bapak bilang seperti itu saya jadi sadar bahwa pertanyaan apapun yang dilontarkan ke kita bukan untuk dihindarin tetapi dijawab dengan santai. Anggap saja setiap kepedulian mereka  itu adalah pelecut bagi kita untuk tetap bersemangat.
Ngalor ngidul kesana kemarin sebenarnya dengan satu inti "Manusia hanya bisa merencanakan dan Allah yang akan menentukan untuk bisa mengeksekusi kapan rencana itu akan terlaksana. Iktiar yang terbaik itulah yang bisa kita lakukan."

 Yes, Ganbatte Kudasai

Keluarga, Adik-adik saya yang menjadi penyemangat untuk selalu menjadi kakak terbaik untuk mereka

Selasa, 20 Agustus 2013

Nyoba Ayam Rarang

Lombok memang terkenal dengan makanannya yang luar biasa pedasnya. Sesuai dengan namanya "Lombok" artinya cabe. Bukan Lombok namanya jika makanan yang dibuat tidak pedas. Seperti sayur tanpa garam, begitulah makanan tanpa cabe di Lombok. Saya memang penyuka pedas dan makanan kecut, tetapi saya masih belum bisa menaklukkan pedas makanan Lombok. Makanan yang paling terkenal di Lombok itu pelecing kangkung, terus sate bulayak, ayam taliwang. Semuanya pedas. Tipikal makanan di Lombok samalah dengan di Jawa, di sini pedas di sana manis-manis. 
Kalau kata temen-temen dari Sumbawa, gak ke Lotim namanya kalau gak coba ayam rarang. Ayam rarang itu makanan khas rarang, ayam dibumbu pelecing yang amat sangat pedas. Biasanya kita kalau naik travel ke Sumbawa, Pak Supirnya suka berenti di warung rarang ini untuk beli makan. Semua penumpang turun buat makan. Gak ridho rasanya lewat Rarang gak coba ayam rarang, kata temen. Saya si lihat merah cabenya sudah takut. Kemarin pas pulang dari Sumbawa, saya sama Bapak sempat mampir ke Warung Ayam Rarang ini. Letaknya di dekat pom bensin Rarang, Lombok Timur, pas depan klinik dokter, lupa namanya apa,hehee. Bapak penasaran dengan rasa Ayam ini, makanya kita mampir.
Porsi Lengkap

Senin, 19 Agustus 2013

Lebih Dari Sekedar Bocah Petualang

Liburan bagi saya lebih dari sekedar berkumpul bersama keluarga. Liburan adalah waktu terbaik untuk bebas dari segala kepenatan rutinitas sehari-hari. Saya jikalau sudah sampai rumah di Sumbawa, maka jangan harap saya akan mengaktifkan FB, twitter, blog, dan segala hal yang berhubungan dengan dunia Online. Hape pun saya pegang jika ada SMS atau panggilan masuk. Saya ingin benar-benar menghabiskan kebersamaan itu dengan mereka karena saya tidak tahu apakah besok saya akan bersama mereka lagi. Bisa jadi sekarang saya harus pergi menghadapNya. Hanya Allah yang tahu kapan. 
Libur lebaran kemarin kita sekeluarga mennghabiskan waktu untuk bermain-main di pantai. Pantai itu benar-benar pantai pribadi. Tidak banyak orang menghabiskan waktu liburannya di pantai ini. Kami sekeluarga biasa memanggil pantai ini dengan nama pantai kebun, karena letaknya dekat dengan kebun keluarga. Jarak yang jauh dari kota dan sepi membuat kita nyaman berlama-lama di pantai ini. Pantai ini benar-benar pantai yang belum terjamah dari tangan-tangan usil. Di rawa-rawanya masih banyak pohon bakau, kepiting dan ikan-ikannya banyak. Kakek suka sekali nyari ikan di sini. Biasanya nginap satu malam, pas malamnya itu kakek bergerilya mencari kepiting di semak-semak bakau.

Gaya sudah layaknya Si bolang, adek-adek suka main loncat-loncatan dari atas pohon bakau. Memang asyik nyebur dari ketinggian.
Siap-siap buat nyebur
Nyebuur
Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui #eh
Yang paling asyik itu main perahu-perahuan dengan pohon kelapa kering. Sensasi main-main air di sini mengalahkan keasyikan di water boom. Kolam ombaknya pun alami lho,hehe.
Main-main dari pagi sampai sore pun berasa hanya satu jam saking asyik dan serunya. Sore hari air mulai surut, nah itu adalah waktu yang paling bagus untuk ke laut mencari kerang-kerangan. Ada banyak kerang yang bisa dimakan. Dan itu jumlahnya bergelimpangan. Wajar saja, karena pantai ini memang jarang dikunjungi orang, jadinya kerangnya pun banyak. Tetapi kita biasanya mengambil kerang yang namanya "Kaliomang", kaliomang ini sejenis kerang parasit. Dia sebenarnya tidak memiliki cangkang, tetapi mencari cangkang milik kerang lain sebagi tempat tinggalnya. Kaliomang ini suka kita pakai main balap-balapan kaliomang, jadi kaliomang yang paling gesit larina itulah yang akan menang. Kaliomang ini termasuk kerang yang sangat sensitif dengan gerak, jika merasakan ada tangan mendekati cangkangnya dia langsung masuk meyembunyikan cangkangnya ke badan, dan untuk mengeluarkan badannya kita menghembuskan nafas kita tepat di lubang badannya itu. Hawa panasnya membut si kaliomang keluar.
Nyari kaliomang
Berburu Kerang-kerangan
Nah ini yang namanya kaliomang, di tempat kalian namanya apa??
Seharian main-main di pantai memang mengasyikkan. Setiap momen kebersamaan itu selalu indah untuk dikenang...

Sabtu, 17 Agustus 2013

Maafkan Saya ^_^

Hai teman2 semua....
Sebenarnya meminta maaf tidak harus di saat lebaran saja ya, tetapi disetiap saat. Karena kita tidak tahu kapan kita berbuat salah, bisa saja ketidaksengajaan kita menjadi singgungan bagi teman-teman yang lain.Tetapi karena sekarang momennya masih dalam nuansa syawal, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya yah. Mungkin di dalam kata-kata saya di blog ini terdapat banyak kesalahan dan menyinggung teman-teman. Segala kritik dan saran mohon disampaikan. Saya ridho dan ikhlas jika di dalam kolom komentar teman-teman memberikan kripik pedasnya. Eh salah, kritik pedas maksudnya,hehehe.

Jumat, 02 Agustus 2013

Pulang Kampung

Enaknya jadi orang kampung itu adalah bisa pulang kampung. Mana ada orang kota yang pulang kota. Hahaha. Dan saya adalah salah satu dan orang kampung yang akan pulang kampung itu. Kalau sebelum-sebelumnya, saya kalau pulang ke Sumbawa selalu menggunakan travel,  tumben saja  untuk lebaran tahun ini, pakai motor sendiri. Bapak sudah mulai percaya rupanya,hehe. Sebenarnya naik travel untuk pulkam itu sangat aman dan nyaman, tetapi tidak enaknya adalah kita tidak bisa berhenti di tempat yang kita suka. Apalagi Sumbawa memiliki banyak pantai indah yang sayang untuk dilewatkan. Asyiknya itu memang naik motor, apalagi jika perginya rame-rame. Wah semakin seru dan ramai perjalanannya. Lelah, tinggal berhenti saja di brugak-brugak pinggir jalan.

Kamis, 01 Agustus 2013

Percakapan Itu

Tentang percakapan pada waktu itu.
"Waduuuh, bagi saya pacaran itu adalah pekerjaan yang buang-buang waktu. Pacaran itu hanya sebatas pada sms telepon bilang "kamu sedang apa?? Sudah makan belum?? Jangan telat makan ya ntar sakit." Hanya itu saja. Paling-paling akhir pekan jalan-jalan ke pantai atau kemana aja, yang penting berdua. Kalau giliran putus aja, jawabannya seperti ini "kamu itu terlalu baik untuk saya. Saya terlalu banyak kekurangan" atau seperti ini "Kita udah tidak cocok lagi. Terlalu banyak perbedaan yang kita miliki, saya rasa kita udahan dulu ya untuk sementara waktu" #siapintisu. Dulu zaman alay SMA, kita pacaran biar tambah motivasi. Hah, motivasi apaan, ujung-ujungnya seriang bolos les. Terus usia udah mulai dewasa, pacaran buat cari pendamping hidup, tapi apa ujung-ujungnya putus juga. Gak ada yang berani ke rumah buat lamar. Jadi, bagi saya itu pacaran itu wasting time pake banget saudara. Sekarang, udah gak mau lagi pacaran, saya memberikan jempol dah bagi laki-laki yang mau datang kerumah dan menghadap orang tua saya."