Jumat, 26 Desember 2014

Indahnya Air Terjun Pamurun Desa Bangkat Monteh

Selalu ada kejutan disetiap perjalanan kami,  setelah berjuang dijalan yang begitu menantang, masuk hutan dengan medan yang licin, menikmati petualangan di Gua Mumber yang begitu menakjubkan, ternyata petualangan tidak terhenti disitu,  Sang Kapten mengajak kami ke tempat yang tidak pernah kami sangka sebelumnya, sebuah air terjun yang begitu mempesona, kawan.
Hanya 20 menit Desa Bangkat Monteh untuk menuju ke lokasi air terjun tersebut, tetapi karena hujan yang baru saja mengguyur Bumi Pariri Lema Bariri ini jalanan menjadi sedikit licin, kami mesti ekstra hati-hati dalam mengendarai motor, jalurnya juga sangat kece untuk penggemar motor trail (Bagi penggemar motor trail jalanan bagus sudah mainstream, jadi mesti ke jalanan yang sedikit bergoyang supaya anti mainstream, hehehe). Di desa ini (Desa Bangkat Monteh, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat) tidak hanya gua-gua eksotis yang menjadi daya tariknya, tetapi ada juga Air Terjun Pamurun yang begitu mempesona, sungai dengan aliran air yang begitu jernih, ditambah lagi dengan hijaunya hutan Selalu Legini yang membuat kita tidak henti-hentinya berdecak kagum, benar-benar pemandangan alam yang begitu alami tanpa jamahan tangan-tangan jahil manusia, dan harapan kami, semoga tangan-tangan jahil itu tidak mengganggu keindahan Sumbawa ini sampai kapanpun. Kalau ini dijadikan promosi produk, tidak hanya "buy one, get two" "beli satu, dapat dua", tapi "beli satu, dapat banyak", mengunjungi satu desa tapi bisa menikmati banyak keindahan alam yang emejing
Air Terjun Pamurun, Foto By Bang Fahri Samalewa

Senin, 15 Desember 2014

Petualangan Menakjubkan di Gua Mumber



Efek petualangan di Liang Dewa beberapa minggu yang lalu ternyata berbekas mendalam di hati saya. Saya jadi terpesona dan mulai menyukai ruang gelap bawah tanah yang bernama gua itu Memasukinya membuat sadar bahwa kekuasaan Allah itu tidak ada batasnya.
Tidak perlu menjelajah jauh untuk mencoba menikmati sensasi berpetualang di dalam gua, apalagi jika harus mengeluarkan banyak uang dan harus keluar negeri untuk itu. Sumbawa punya banyak gua yang amazing (baca:emejing) untuk menguji adrenallin kita, tetapi masalahnya (memang agak klasik tapi berpengaruh besar) adalah tidak adanya publikasi yang masif tentang keberadaan gua tersebut dan akses kesana yang agak susah, sehingga banyak yang mengira bahwa Sumbawa hanya sebuah daerah gersang tanpa sisi menarik sama sekali, padahal Sumbawa begitu mempesona untuk coba dijelajahi lebih dalam lagi. Adventurous Sumbawa mengajak dan memperkenalkan saya tentang semuanya, tentang keindahan Sumbawa yang tidak hanya ada di Pulau Moyo, Madu Sumbawa, dan Main Jarannya, lebih dari itu Sumbawa menjanjikan petualangan yang tak akan terlupakan. 
Sudah direncanakan selama beberapa minggu yang lalu, akhir pekan ini Adventurous Sumbawa akan caving lagi ke salah satu gua yang tidak kalah amazing-nya dengan yang ada di Liang Dewa, yaitu Gua Mumber yang ada di Sumbawa Barat. Gua ini belum banyak yang tahu, informasinya di internet pun tidak begitu banyak, bahkan susah untuk ditemukan. Tidak usah berbicara tentang informasi tentang wisata Sumbawa, karena itu sangat minim sekali, masyarakat Sumbawa saja tidak banyak yang tahu tentang itu. Om Imran adalah salah seorang teman fotografer yang pertama kalinya meracuni saya tentang gua itu, kata beliau gua itu sangat indah, dan terbukti dengan foto-foto yang diperlihatkan kepada saya. Ah ‘racun’ itu ada dimana-mana, kawan, maka berhati-hatilah jika tidak ingin racunnya masuk kedalam syaraf otak terdalam yang bisa membuat otakmu lumpuh seketika jika tidak datang kesana.
West Sumbawa Adventure
Judulnya adalah “West Sumbawa Adventure”. Perjalanan 2 hari di Sumbawa Barat dari tanggal 13-14 Desember 2014 dengan menjelahi beberapa tempat bersejarah di Sumbawa Barat, seperti Tiu Kelamu yang merupakan kolam tempat mandi Lala Jinis, makam Datu Seran yang merupakan makam raja-raja pada Kerajaan Seran dahulu kala, dan beberapa tempat lainnya. Salah satu tempat yang membuat saya sangat tertarik untuk ikut trip ini adalah perjalanan ke Gua Mumber, gua emejing yang membuat saya mupeng tak terkira sejak diracuni oleh Om Imran dengan foto dan cerita-cerita kece-nya.
Perjalanan dari Sumbawa ke Taliwang, Sumbawa Barat memakan waktu kurang lebih tiga setengah jam dengan kecepatan standar. Dari Sumbawa pukul 15.00 wita, tiba di taliwang pukul 17.30 wita. Lumayan melelahkan tetapi itu tidak akan terasa karena disepanjang jalan, mata akan dimanjakan dengan pemandangan hijau dengan barisan bukit dan sawah Sumbawa yang menyejukkan mata. Kalau badan sudah begitu lelah, bisa juga istirahat sejenak sambil menikmati jagung rebus asli Rhee yang terkenal itu. Jagungnya manis dan enak. Disepanjang jalan kawasan Rhee banyak penjual jagung rebus yang menjajakan jualannya di bale-bale sederhana pinggir jalan, disana kita bisa makan jagung sembari memulihkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan kembali. 
Ada satu tempat yang menarik juga untuk menjadi tempat peristirahatan, yaitu Bukit Galau. Dinamakan Bukit Galau bukan karena disini banyak ABG labil yang sering nongkrong  kemudian bergalau ria bersama ya, bukan, itu karena di bukit inilah tempat para pengendara dari Sumbawa ataupun Taliwang beristirahat melepas lelah sambil minum kopi di kedai yang ada di bukit tersebut. Bukit ini sebenarnya bernama Bukit Samarekat, tetapi belakangan lebih populer dengan nama Bukit Galau. Pemandangan yang disajikan juga tak kalah indah seperti jalan yang ada di film-film Hollywood dengan  bukit dan jalan meliuk-liuk tajam. Dari bukit ini akan terlihat jelas lautan Sumbawa dengan pulau-pulau kecilnya.
pemandangan laut Sumbawa dari Bukit Galau
berugak tempat istirahat dipuncak bukit

Senin, 08 Desember 2014

Hei, Ada Pegunungan Alpen di Sumbawa



“Mau kemana?? Tumben sepagi ini sudah mandi” Tanya Ibu yang heran melihatku sudah bebersih sepagi ini. Ah Ibu, tahu aja anaknya jarang mandi kalau tidak ada keperluan keluar rumah.
“Mau jalan-jalan, Bu, sama teman-teman kita.”
“Sepagi ini??? Biasanya masih dalam selimut.”
Hari minggu bagi saya adalah waktu relaksasi tenaga dan pikiran dengan bersantai. Jika tidak ada agenda keluar rumah alias jalan-jalan, maka jangan harap melihat saya rapi di rumah, kalau tidak untuk keperluan wudhu, air itu tidak akan mampir di kulit saya, Ibu sampai menggerutu “Anak gadis, anak gadis,” Hehehehe. Seharian tidur manis dengan TV di depan mata menjadi ritual wajib saya, bangun pagi sudah pasang channel Trans TV dan Trans 7, karena bagi saya hanya 2 channel TV itu saja yang masih agak normal, tanpa adanya sinetron hewan jadi manusia. Selesai acara petualangan ‘My Trip My Adventure’ barulah saya duduk manis dengan novel-novel cantik dipangkuan. Ah benar-benar hari minggu yang menyenangkan. Tetapi hari minggu saya belakangan ini mulai terganggu dengan tawaran-tawaran trip dari kawan-kawan Adventurous Sumbawa dan teman-teman yang lain, selalu saja ada agenda jalan-jalan disetiap minggunya, dan itu sangat menggiurkan, bisa membuat air liur saya menetes tiada henti. Setelah minggu kemarin ikut tripnya yang menantang adrenalin di Liang Dewa, minggu ini teman-teman AS kembali mengajak saya untuk berpetualang ke sebuah air terjun yang berada di Pernek, letaknya tidak jauh dari pusat kota Sumbawa Besar (Alhamdulillah tidak jauh, irit bensin :D)
Tidak hanya saya ciin yang niat pakai sangat untuk ke air terjun itu, Subhan travelmate saya selama beberapa minggu terakhir ini juga sampai rela menelpon membangungkan saya pagi-pagi demi tidak telat sampai dilokasi berkumpul kami. Saya jadi penasaran dengan keindahan air terjun ini.
Perjalanan ke Pernek
Jembatan Bendungan Pernek
Pukul 06.00 Wita kita sudah sampai lokasi pertemuan, hanya Mbak Elly yang kami jumpai disana, sedangkan yang lain masih dalam perjalanan. Selang beberapa jenak menunggu, teman-teman pun berkumpul dan perjalanan menuju air terjun kami lanjutkan. Memakan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke Pernek, salah satu desa yang berada di Kecamatan Moyo Hulu, Sumbawa. Jalan menuju ke desa ini bagus, tetapi ketika masuk menuju  Bendungan Pernek (Embung Pernek) jalannya sudah mulai jelek. Akibat hujan semalam, jalanan agak licin, jadi kita mesti hati-hati dan waspada dalam mengendarai motor, tidak perlu terburu-buru, safety first. Sampai di Bendungan Pernek, Bang Yudi Rusdian yang terlebih dahulu jalan mendahului kami terlihat kembali dengan muka yang agak kecewa.

Sabtu, 06 Desember 2014

Pantai Sebekil, Uniknya Tuh Disini

Perjalanan ke Pantai Sebekil
Sepulang dari Goa Liang Dewa kita melanjutkan trip ke pantai yang berada di Labangka 5. Katanya pantai yang akan kita datangi jaraknya lumayan jauh dari goa. Jarak yang dekat saja sudah terasa jauh, apalagi jarak yang jauh, hwaaa semangat Lulu.
Mungkin karena kita terlalu lama dalam mengendarai motor, kita sukses tertinggal dari teman-teman yang lain, dan itu mengakibatkan kita berkeliling di tempat yang sama berkali-kali alias nyasar. Bapak-bapak yang nongkrong dipinggir jalan saja sampai bingung melihat kita yang keliling tidak jelas, sekali lagi lewat ditempat itu saya khawatir piring cantik melayang ke muka, hwahahaha.
"Lost packer nih kita, ah lets get lost, lets goo." Teriak Bang Yudi.
Kita nyasaar ciiiin. Karena sinyal yang datang dan pergi, kita jadi susah menghubungi teman-teman AS untuk bertanya keberadaan mereka. Dan memang benar, malu bertanya sesat di jalan, dari tadi kita hanya putar-putar tidak jelas, tanpa adanya inisiatif untuk bertanya penduduk setempat, entah ide itu datang dari siapa diantara kita berempat, kita pun berhenti di pangkalan ojek dan bertanya kepada Bapak-bapak yang ada disana. Alhamdulillah, Allah selalu bersama para pejalan, berkat tanya-tanya kepada si Bapak kita pun menemukan jalan yang benar, putar arah lagi dan goooo....
Melihat teman AS menunggu kami di pinggir jalan rasanya seperti anak ayam yang telah menemukan induknya, bahagia. Setelah bertemu dengan teman-teman, kita melanjutkan lagi perjalanan kita menuju Pantai Sebekil. Dari jalan yang mulus halus hingga bertemu jalan yang membuat kita ajep-ajep diatas motor, tanda-tanda keberadaan pantai belum terlihat juga, yang ada hanyalah hamparan kebun yang mulai menghijau milik penduduk setempat. Ini adalah perjalanan terjauh saya selama di Sumbawa. 
"Biasanya pantai yang keren itu letaknya jauh kak." Hibur Subhan selama di perjalanan. Kita mengobati kelelahan selama diperjalanan dengan bercerita banyak hal, mulai dari cerita tentang pariwisata hingga cerita tentang gosip artis terkini (saking tidak adanya bahan pembicaraan lagi, gosip pun jadi ciin untuk rempong, hihihi).
Selama kurang lebih 1 jam (dikurangi waktu nyasar) kita sampai Pantai Sebekil Labangka 5. Mata langsung tertuju ke arah pantai, pasir hitam dengan batuan hitam yang cantik sukses menjadi daya tarik tersendiri pantai ini, ditambah lagi dengan ombak besarnya. 
Pantai Sebekil, Bang Yudi langsung action

Rabu, 03 Desember 2014

Petualangan Menakjubkan di Liang Dewa



Dalam Liang Dewa Foto by Bang Yudi Rusdian


Blind Trip
“Minggu ini kita ada agenda susur gua, yang bertempat di Labangka, kak.” Kata Subhan kepada saya malam itu.  Ini akan menjadi petualangan menegangkan, mengingat ini adalah yang pertama bagi saya. Yang pertama untuk menikmati petualangan susur gua, dan yang pertama ikut dalam trip kawan-kawan di Adventurous Sumbawa. Saya tidak punya ekspektasi apapun tentang perjalanan kali ini, yang ada dalam bayangan saya hanyalah, saya bisa bertemu dan berpetualang dengan kawan-kawan AS yang selama ini lebih banyak saya kenal melalui dunia maya a.k.a facebook, sebaik-baik teman dunia maya, alangkah lebih baik jika bertemu di dunia nyata, bukan??? Info tentang Liang Dewa pun saya tidak begitu tahu, baik dari segi sejarahnya atau tentang bentuk dari gua tersebut. Lets get lost, lest go-lah, sambil menirukan gaya Ruben Onsu, hehehe.
Bertemu Kawan-kawan AS untuk yang Pertama
Perasaan malu-malu kucing jelas sekali melanda perasaan saya pada pagi itu. Suasana baru dan orang-orang baru, membuat saya mati gaya, seakan di paksa beberapa saat untuk menjadi salah tingkah, tidak tahu mau berbuat apa. Ingin rasanya menyapa dan say “Ini Bang Takwa, ya??? Ini Bang Farhan, ya??? Salam kenal bang, saya Lulu.” Kata-kata itu ada di ujung lidah, tak bisa terucap dan hanya senyum yang canggung. Saya pemalu dalam hal ini, jujur.  Saya yakin kawan-kawan yang lain juga mengalami kebekuan yang sama dengan saya, hanya membutuhkan seorang perantara untuk membuat suasana dingin menjadi cair seketika. Keramahan langsung mendekap saya ketika Mbak Ely salah satu kawan AS tersenyum dan mengajak saya bersalaman. Detik selanjutnya berjalan seperti biasanya, normal, hanya membutuhkan waktu untuk kita saling mengenal satu sama lain. Perjalanan ini akan membawa kita pada titik itu, tidak perlu perkenalan yang formal, hanya perlu mengamati dalam bingkai masing-masing.

Senin, 01 Desember 2014

Nyongkolan, Pawai ala Sasak

Nyongkolan
Sewaktu kecil ketika aku tinggal di Lombok, aku paling suka menjadi bagian buntut barisan ini. Hanya sekedar membawa dompet kecil lusuh sebagai bekal untuk beli es, kaki mungilku setengah berlari mensejajarkan diri bersama barisan yang lain. Sedangkan, Ibu juga turut menjadi bagian dari barisan ini, bukan karena Ibu ingin turut serta, bukan, itu karena aku juga ikut barisan ini. Ibu akan sangat khawatir, jika dia membiarkanku sendiri dalam barisan yang didominasi orang dewasa itu. 
Gendang-gendangan ditabuh, penari-penari profesional dan amatir pun ikut bergoyang mengikuti irama yang disajikan. Aku hanya ikut goyang-goyang kecil seperti mereka. Aku tidak tahu pasti apa yang sedang aku lakukan, yang aku tahu bahwa teman-teman seusiaku juga ikut dalam barisan ini.  Mereka semua larut dalam kebahagiaan yang sama. Sang laki-laki dan wanita di arak oleh warga satu kampung, setelah di bawa 'lari' oleh sang laki-laki dan dinikahkan, sang wanita akan diantar kembali dalam prosesi 'nyongkolan' ke rumah keluarga wanita. Ini Pernikahan ala Suku Sasak, kawan.

Minggu, 23 November 2014

Aku Suka Bunga

Sebenarnya pertama kali terjebak dalam dunia fotografi adalah karena bunga. Saya suka dengan bunga. Saya rela ikut challenge, dilepas seharian di taman bunga, tanpa uang, tanpa makanan, cukup dengan kamera full baterai, dan memori kosong, saya bisa lupa yang namanya lapar. Ini kebiasaan masa kecil saya. Waktu kecil, saya paling suka jalan-jalan keliling kompleks sama Bapak, wajib hukumnya pulang dari jalan-jalan itu saya bawa bunga. Kalau bunga tidak berhasil bertengger ditangan saya sepulangnya, siap-siaplah menutup telinga dengan kapas, saya akan menangis sepanjang jalan. Pilih mana, mendengar anak menangis atau menahan malu izin dengan si pemilik bunga untuk dipetik bunganya?? Jelas Bapak saya akan memilih pilihan yang kedua. Beliau paling tidak suka mendengar saya menangis, ribut.
Ketika sampai di Jayakarta Hotel kemarin, mata saya langsung menyisiri tamannya, melihat apakah ada yang berwarna-warni disana. Jadi ingat cerita awal belajar foto makro, modusnya adalah membeli bunga sama si Ibu pemilik kebun bunga, tapi setelah itu izin untuk foto-foto sampai puas. Dan itu tidak sekali, tapi berkali-kali, setiap satu minggu sekali. Belajar juga butuh perjuangan dan pengorbanan, kawan. Awal belajar pun tidak menggunakan kamera keren nan kece, pakai kamera digital Sony Cybershoot yang sekarang entah sedang jalan-jalan kemana alias hilang, beberapa bulan ini saya mulai memegang DSLR. Berharap suatu saat bisa beli lensa makro, biar tidak susyeeh jepretnya, seperti kalau jepret pakai lensa kit.
Belajar Makro itu Menyenangkan
Mau menguji kesabaran dalam foto-foto?? Mari belajar foto makro. Bayangkanlah serangga sekecil itu mesti di foto, dan mesti tidak bergerak bahkan tahan nafas nafas beberapa saat supaya serangganya tidak terganggu karena pergerakan kita. Tapi saya malah menyukai momen ini, kesabaran memang sangat diuji, tapi kepuasannya setara dengan perjuangan berlelah-lelah menfoto si serangga unyu.
Bukan Manusia laba2
Bukan manusia laba2

Jumat, 21 November 2014

Sade, Perempuan dan Tenunan



Tentang Sade 
So Colourfull
Sepulang dari Batu Payung kemarin, kita mampir sebentar ke Desa Sade. Desa ini letaknya tidak terlalu jauh dengan Bandara Internasional Lombok, memakan waktu sekitar 20 menit. Ini kali ke berapa saya kesini, entah, tapi saya tak ada bosan-bosannya kesini, karena setiap kesini selalu ada cerita baru yang akan dibagikan. Sade, ada banyak cerita tertinggal disini. Sampai pada gerbang utama Desa Tradisional Lombok ini, kita sudah disambut oleh guide tour yang juga masyarakat asli desa tersebut. Sebelum berkeliling desa, kami diberikan sedikit informasi tentang desa asli Sasak itu. Yang unik dari desa ini adalah terletak pada bangunannya yang lantai bangunannya di pel dengan menggunakan kotoran sapi yang masih hangat a.k.a baru keluar dari empunya kotoran. Kata masyarakat setempat, kotoran sapi yang masih hangat sangat bagus untuk lantai rumah, bisa membuat lantai rumah awet dan tahan lama. Lantai rumah di desa ini terbuat dari tanah liat, jadi mengepel lantai dengan menggunakan kotoran sapi ini menjadi ritual wajib kalau ingin lantainya awet sampai nanti. Jangan khawatir hidung akan terganggu dengan bau kotoran sapinya, karena setelah kering, lantainya tidak menimbulkan bau apapun.
Ada kerendahan hati mereka juga disini. Bangunan rumah mereka yang rendah dari ruangan utamanya bermakna bahwa siapapun yang masuk, entah itu Bupati, Presiden, atau orang-orang keren lainnya, mereka harus menunduk untuk bisa masuk ke dalamnya, itu artinya bahwa mereka harus menghormati yang punya rumah dan patuh terhadap aturan-aturan yang berlaku di desa tersebut. Ingat pepatah "Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung", pun begitu dengan Sade, masuk kesini artinya menghormati segala aturan yang berlaku disini. Salah satu kearifan lokal yang harus dijaga selamanya.

Kamis, 20 November 2014

Batu Payung, Ada Jejak Kita Disini

Perlu banyak part untuk menceritakan tentang keseruan kita selama di Lombok. Terlalu banyak yang ingin diceritakan membuat saya bingung untuk menulis bagian yang mana yang terlebih dulu yang akan saya ceritakan. 3 hari di Lombok, seperti 3 hari bermimpi kemudian bangun lagi ketika senin menyapa untuk kembali bekerja. Seandainya saja tidak ada bukti foto di memory card kamera saya, mungkin saya akan menyangka bahwa saya sedang bermimpi semalam. Bersama dengan mereka, seperti men-charger semangat full selama 3 hari. Semangat saya untuk menggapai mimpi saya tiba-tiba bangkit, meluap-luap tak terbendung. Bagi saya mereka adalah orang-orang keren yang berani melawan arus untuk mengejar apa yang diinginkan. Sedangkan saya, saya hanyalah seoarang perempua biasa yang terjebak dalam kotak 4x3 meter.  Suatu saat saya akan membuktikan kepada Ibu Bapak, "Ini lho Bu, Pak, anakmu bisa."
Curhat, Lulu??? Hehehe, lanjut lagi cerita tentang perjalanan saya selama 3 hari di Lombok kemarin :D
Perjalanan ke Batu Payung
"Kita check out hari ini ya???" Tanyaku pada Zahra. Sebenarnya ini bukan pertanyaan yang mesti dijawab, karena saya sudah tahu kalau ini adalah hari terakhir kita di Lombok, tapi sekedar memastikan dan berbasa-basi saya bertanya lagi.
"Iya, Lu."
3 hari di Lombok, melekat serat dihati saya. Perjalanan kali ini semakin menambah kecintaan saya kepada kota ini, sangat. Pagi ini, jam 08.00 Wita kita mesti check out dari hotel. Teman-teman juga sudah lengkap dengan ransel dan kopernya masing-masing, melihat wajah mereka, tiba-tiba ada perasaan sedih yang datang, wah berpisah dong kita???
Sebelum naik ke dalam bis, kita menyempatkan dulu untuk berfoto ria, sebagai dokumentasi bahwa kita pernah disini. Dari Mataram ke Lombok Selatan menghabiskan waktu kurang lebih 60 menit. Tidak terlalu banyak hal menarik yang bisa kita lihat selama perjalanan menuju Lombok Selatan, yang ada hanya hamparan sawah yang belum sepenuhnya menghijau. Berbeda dengan ketika berangkat ke Lombok Utara, kalau melewati Senggigi, mata akan dimanjakan dengan birunya laut Lombok, dan jika melewati Pusuk, kita akan puas dengan hijaunya hutan Lombok, dan tentu saja bisa puas bermain-main dengan monyet-monyet yang tinggal di hutan Pusuk. Tetapi perjalanan ini begitu menyenangkan, karena kita lebih banyak bercengkerama di dalam bis sembari mendengarkan lantunan lagu-lagu yang diputar pak sopir. Menikmati setiap saat dalam perjalanan adalah hal yang paling membahagiakan, bukan?
Sampai di Tanjung An, pukul 10.00 Wita. Istirahat sebentar, kemudian menyebrang ke Batu Payung. Sebenarnya bisa kok lewat darat, seperti perjalanan saya tahun lalu ke Batu Payung, tetapi sekarang kita ingin menikmati petualang yang lebih seru lagi, makanya menggunakan perahu alias menyebrang. Tidak lama menyebrangnya, hanya 10 menit kita sudah sampai di Batu Payung.
siap2 naik ke perahu

Rabu, 19 November 2014

Pedasnya Bikin Ketagihan

Masih dalam rangkaian acara World Travel Writer Ghatering. Sepulang dari Tiu Kelep kita mampir di warung sate ikan tanjung. Walaupun namanya sate ikan tanjung, tapi kita makannya di Pemenang, Lombok Utara. Sate ini gampang kita temui disepanjang jalan di Lombok Utara.

Sate Ikan Khas Tanjung
Pedasnya langsung menendang lidah pada gigitan pertamanya. Rasa ikan yang khas dengan rempah-rempah asli Indonesia langsung melekat di lidah. Saya paling suka sate ini. Saya bukan penyuka pedas, tetapi memakan sate ini membuat saya lupa bahwa saya tidak suka pedas. Pedasnya membuat saya ketagihan, lagi, dan lagi.
Namanya Sate Ikan Tanjung. Sate ini adalah sate ikan kuliner asli Sasak yang berasal Tanjung, Lombok Utara. Sate ini terbuat dari ikan cakalang, cuma karena ikan itu agak mahal disini dan seringnya juga tidak musim, ikannya sering diganti dengan ikan yang rasanya sama, seperti ikan lamoan, ikan paso dan ikan marlin.
Membuat sate ini ternyata tidak segampang memakannya, ikannya mesti dipisahkan dulu dari durinya, kemudian dipotong kecil dan paling tidak butuh waktu semalam untuk ikan direndam bersama bumbu-bumbu. Kemudian ikan yang sudah direndam tadi barulah bisa diproses lebih lanjut dengan cara dililitkan di tusukan bambu, kemudian dibakar.
Jangan pernah sekali-kali mencoba makan sate ini deh, kalau tidak mau ketagihan. Rasa ikannya itu nendang sekali di lidah, ditambah lagi dengan pedasnya yang bikin maknyoos
Sate ikan khas Tanjung Lombok
sate ikan khas Tanjung Lombok

Selasa, 18 November 2014

Seru-seruan di Tiu Kelep

“Kamu sudah pernah ke Tiu Kelep??” Tanya Kak Ema di perjalanan kami menuju ke Lombok Utara.
“Sudah Kak, dan betis saya berbuah besar setelah dari sana.”
“Haha, biar kamu tahu perjalanan juga butuh perjuangan.” Aku mengernyitkan dahi, tanda tak setuju dengan apa yang Kak Ema katakan, iya sih jalan-jalan butuh perjuangan, eh tapi membayangkan tangganya saja sudah membuatku putus asa sebelum bertarung. Awal Januari 2014 kemarin aku sudah kemari, dan itu sukses membuat betisku sakit beberapa hari. Aku tidak ingin mengulangnya kembali, tetapi aku akan sangat rugi kalau tidak ikut perjalanan ini. Untuk apa ke Lombok, kalau cuma duduk manis di dalam bis. Berangkat dari hotel tempat kami menginap pukul 09.30 Wita, tiba di Senaru, Lombok Utara sekitar pukul 12.00 Wita.  Setelah makan siang, sholat dan istirahat sebentar, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Air Terjun Tiu Kelep.
Aku jadi teringat lagu dari Ninja Hatori, “Mendaki gunung, lewati lembah. Sungai mengalir indah ke samudra” Cerita ini sama dengan lagu yang ada di Ninja Hatori.  Jalannya menurun, kemudian menanjak, lewati sungai berbatu dengan arus yang deras membuat perjalanan ini begitu melelahkan dan menantang. 
perjalanan menuju tiu kelep
perjalanan menuju tiu kelep
ini yang paling saya suka, nyebrang di sungai, soalnya kaki berasa langsung adem :D

Minggu, 16 November 2014

Bertemu Orang-orang Baru

Lombok dari atas burung besi

Seminggu deg-degan menanti pengumuman pemenang. Ini lomba blog pertama saya setelah kecemplung dalam dunia perbloggeran, saya tidak terlalu mengejar liburan ke Lomboknya, 4 tahun disana cukuplah buat saya mengelilinginya, bahkan dipelosok terpencil sekalipun, yang saya kejar adalah pengalaman bertemu dengan orang-orang baru nan kece yang namanya sudah tersohor di dunia travelling Indonesia. Allah memeluk mimpi hamba-Nya yang percaya, dan seperti takdir indah yang siap saya kecup, tulisan saya tentang Pulau Moyo masuk ke dalam 3 besar tulisan terbaik. Terimakasih Ya Allah. 

Lombok, aku datang kembali!!!!
Kadang ada perasaan tidak menyangka yang tiba-tiba muncul, serius saya sudah Lombok??? Lha baru tadi pagi saya merasakan guyuran air tanah Sumbawa yang segar, perasaan kemarin saya baru saja berkutat dengan laptop dan tugas-tugas kantor, perasaan baru saja kemarin saya sibuk dengan pekerjaan yang memusingkan otak. Okelah, mari sejenak melupakan pekerjaan yang memusingkan itu untuk menikmati 3 hari liburan di Kota nan eksotis ini, Lombok. Sekarang cuma memakan waktu 20 menit terbang dari Sumbawa ke Lombok, yang biasanya lewat darat sampai 6 jam lebih. Wew, terimakasih Lion Air yang sudah beroperasi di Sumbawa, semoga dengan banyaknya maskapai penerbangan yang beroperasi di Sumbawa semakin menambah kedatangan wisatawan kesini #bukanpromo
Hampir 30 menit dari kedatangan saya, tapi tidak ada tanda-tanda ada seseorang yang akan menjemput. Jempol menari-nari di keypad hape sebagai pengobat kebosanan sendiri di Bandara ini. Sepintas beberapa orang lewat dihadapan saya dengan ransel besar dipunggung. Membatin "Kapan ya saya bisa jalan-jalan semau saya kayak gini??" Emak, Bapak, anakmu udah segede ini lho masih nggak dibolehin kesana-kemari, apa perlu cari pangeran berkuda putih buat ngelamar terus jalan-jalan kemana-mana????
Selalu, Bandara menjadi tempat saya mupeng buat jalan-jalan, bukan karena bisa terbang kemana-mana dalam waktu yang cepat, tapi karena melihat orang yang datang dan pergi dengan ransel besar kesana-kemari, apalagi kalau lihat bule nge-backpacker-an, wuihhhh keinginan langsung mendidih sampai ke ubun-ubun. Tapi perjuangan itu tidak segampang apa yang kita lihat, kita hanya bisa melihat apa yang terlihat, tetapi kita tidak tahu bagaimana perjuangan mereka untuk bisa menjadi seperti apa yang mereka mau sekarang. Semua hanya butuh kesabaran dan perjuangan, Lu. Just say ganbatte :D
"Ini Mbak Lulu??" Suara diseberang sana membuyarkan lamunan saya tentang keinginan jalan-jalan itu.
"Iya Pak."
"Saya Pak Dani, yang diminta menjemput Mbak, tunggu di depan Solaria ya mbak."
Akhirnya telepon jemputan itu datang juga. Menunggu dijemput, rasa-rasanya seperti menunggu jodoh datang #eh
Di depan Solaria sudah ada beberapa orang yang menunggu. Lho, ini bukannya yang tadi saya lihat pakai ransel besar itu yah. Coba tahu kalau teman-teman juga, sudah nyempil dibelakangnya tadi.
"Mbak Lulu????" Seorang laki-laki paruh baya dengan medok Jawa yang kental menyapa saya.
"Iya Pak,"
"Saya Pak Dani yang tadi menelepon. Oh ya, ini teman-teman pembicara yang akan ikut Travel Writers Gathering" Rupanya beliau Bapak yang tadi menelepon saya, beliau memperkenalkan kami. Saling melihat satu sama lain, lalu berkenalan. Bertemu orang-orang baru adalah satu hal menarik dari sebuah perjalanan itu. Selama perjalanan menuju ke Jayakarta Hotel Sengigi, Mas Yudas dan Mas Bolang banyak bercerita tentang pengalamannya selama menjadi Travel Writer. Ternyata memang benar, apa yang kita lihat saat ini tidak seindah yang terlihat, mereka seperti sekarang juga penuh dengan perjuangan, peluh-peluh melekat erat di baju-baju mereka. Mas Yudas dulunya bekerja di restoran cepat saji, dan memilih keluar dari pekerjaannya dan memilih apa yang diinginkan juga tidak segampang apa yang kita lihat. Mas Bolang yang seorang teknisi pesawat terbang juga memilih keluar dari zona nyamannya dan memilih untuk keliling Indonesia. 
Menjadi out of the box adalah pilihan yang tidak mudah, saya salut kepada mereka yang telah berhasil memilih jalan itu. Ah lagi, perempuan dan budaya timur yang masih sangat ketat di rumah saya membuat saya mesti menyingkirkan sedikit keinginan saya untuk keluar dari kotak 4x3 meter itu untuk keluar melihat Indonesia.

Mas Aan, Lulu, Mas Barry Kusuma, Mas Bolang, Mas Yudas

Jumat, 07 November 2014

Soto Sumbawa asal Madura

Soto Sumbawa asal Madura? Pertama kali mendengar memang rada aneh, kok bisa Soto Sumbawa tapi berasal dari Madura. Sebenarnya soto ini bernama Soto Madura, karena memang yang membuat adalah orang Madura asli, tetapi karena telah turun temurun menetap di Sumbawa sejak lama, maka atas usulan Sultan Sumbawa dan Pemkab Sumbawa yang kemudian mendapat respon yang baik dari orang Sumbawa yang berasal dari Madura, maka nama sotonya berubah menjadi Soto Sumbawa asal Madura. Unik bukan??? Jangan heran kalau ke Sumbawa, disini ada banyak etnis dari beragam suku di Indonesia, ada Kampung Jawa, yaitu kampung yang semua masyarakatnya berasal dari Jawa, ada Kampung Lombok, Kampung Arab, Kampung Bajo, Kampung Bali. Ini menandakan bahwa betapa ramahnya orang Sumbawa dalam menerima akulturasi budaya dari luar Sumbawa.
Soto dengan bahan dasar daging kambing ini berhasil menjadi primadona kuliner masyarakat Sumbawa. Makanya tidak susah untuk mencari soto ini, penjual soto yang paling banyak bisa kita dijumpai di kawasan pertokoan di pusat Kota Sumbawa Besar. Disana ada banyak gerobak-gerobak dorong yang menjual makanan Sumbawa. Makan soto ini paling enak pas malam hari, dengan segelas teh dingin dan sepiring nasi, wuihhhh maknyooos sekali :D
Ada banyak jenis soto di Sumbawa, ada Soto Ayam dengan menggunakan bihun dan telur, tapi saya lebih suka Soto Kambing, dengan taburan serundeng dan bawang goreng diatasnya... Kalau ke Sumbawa, recomended sekali untuk mencoba soto yang satu ini :D
Soto Sumbawa asal Madura
nasi putih hangat sebagai teman makan soto


Kamis, 06 November 2014

Sunset di Kotaku, Lombok Sumbawa

Efek ngikutin Turnamen Foto Perjalanan, yang saya tahu dari Mbak Dee, saya jadi ngubek-ngubek semua foto yang ada di laptop dan hardisk, dan mendadak melebai badai kalau melihat sunset. Gak tahu kenapa, tiba-tiba gimana gitu rasanya duduk sendiri dekat pantai, terus melihat matahari mulai tenggelam, sakitnya tu disini (tunjuk mata dan dada), apalagi kalau nengok disamping kiri, kanan, ada pasangan yang bawa istri anak, bisa semakin sakiit :( Iyalah Lu, coba duduknya berdua dengan someone pasti menyenangkan, huehehehehe :D #abaikan
Di bawah ini ada beberapa foto sunset yang pernah saya ambil selama jalan-jalan. Sunset di beberapa tempat di Lombok dan Sumbawa. Dua kota itu adalah kota yang sangat penting dalam hidup saya, saya lahir di Lombok dan besar di Sumbawa membuat saya mencintainya, sangat. Bicara sunset, juga berbicara satu kenangan mendalam bagi saya. Antara sunset, Lombok, dan Sumbawa adalah tiga hal yang tak terlupakan dan akan tetap menjadi yang terbaik selama perjalanan saya :D
Sunset di Senggigi Lombok

Rabu, 05 November 2014

Istana Dalam Loka Riwayatmu Kini


istana dalam loka
Istana Dalam Loka ini adalah merupakan istana kerajaan Sumbawa yang dibangun pada pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III (sekitar tahun 1885 M). Saat ini digunakan/dimanfaatkan sebagai "Museum Daerah Sumbawa" tempat penyimpanan benda-benda sejarah Kabupaten Sumbawa. Istana ini merupakan dua bangunan kembar ditopang atas tiang kayu besar sebanyak 99 buah, sesuai dengan sifat Allah dalam Al - Qur'an (Asma'ul Husna). Di Dalam Loka ini kita dapat melihat ukiran motif khas daerah Samawa, sebagai ornamen pada kayu bangunannya. Miniatur Dalam Loka ini dapat dilihat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.

Sunset di Batu Kuping

Tambah lagi satu tempat keren di Sumbawa untuk menikmati keindahan matahari terbenam, tempatnya bernama Pantai Batu Kuping. Sebelumnya saya pernah nge-post tentang pantai ini, kemarin ketika hunting bareng Om Imran Putra Sasak. Batu Kuping ini adalah nama pantai di Sumbawa, karena bentuknya karangnya yang melengkung menyerupai kuping, makanya dinamakan Batu Kuping. Pantai ini letaknya gak jauh dari pusat kota, dari Brang Biji Sumbawa, 20 menit menggunakan motor dengan trek yang lumayanlah, hehehe. Belum banyak yang tahu lokasi pantai ini, paling yang sering kesini adalah teman-teman traveler Sumbawa dan para fotografer yang ingin hunting sunset, mungkin letaknya yang terpencil dan jalan menuju kesana yang belum bagus membuat orang malas mengunjungi pantai ini. Tapi yang namanya tempat keren, memang memerlukan perjuangan yang sangat untuk bisa kesana...
jembatan kayu yang bikin deg2an

Selasa, 04 November 2014

Framing Sunset

sunset di batu kuping Sumbawa
Dalam bingkai ini, matahari itu pun sejenak menghilang dan bergantikan petang....

Foto ini diikutsertakan dalam Turnamen Foto Perjalanan Ronde ke 52: Tema Framing

Main Gerobak Kayak Gini Cuma Ada di Sumbawa

"Sumbawa ternyata tidak hanya tentang main jaran, pulau moyo, susu kuda liar, madu sumbawa, ternyata ada hal menarik dan unik lainnya yang ada di Sumbawa, yaitu perlombaan main gerobak." 
Kemarin sepulang dari jalan-jalan ke Kenawa, kita berencana akan ke Pulau Bungin, ada beberapa hal yang ingin diteliti disana, tetapi pas mau kesana kita terpancing dengan kerumunan masyarakat di Lapangan Kerato, Alas. Pertama saya mengira ada perkelahian antar kampung, karena suaranya yang gaduh, tapi ternyata disana ada perlombaan main gerobak. Ini pertama kalinya saya mendengar kalau ada yang namanya main gerobak di Sumbawa. Saya hanya tahu main jaran saja. Ngakunya cinta Sumbawa, yang kayak gini aja baru tahu sekarang, sakitnya tuh disini (tunjuk dada), hehe. Dari info yang saya dapatkan dari seorang Bapak yang menjadi panitia acara ini, sejak tahun 2000-an perlombaan ini rutin diadakan sekali hingga dua kali setahun (tetapi ini tidak tentu juga, tergantung dari panitiannya), biasanya diadakan ketika hari sabtu dan minggu di Lapangan Kerato, Alas. Biaya yang digunakan murni dari swadaya masyarakat dan uang pendaftaran dari peserta lomba. Perlombaan ini dilakukan sebagai wujud apresiasi terhadap para kusir dokar yang ada di Alas. Good Job pak :D
Kuda-kuda ini tidak sekalem seperti yang ada di foto. Dari daris start sampai finish cuma sekedip mata, kecepatannya luar biasa. Saya berkali-kali gagal dalam mengambil gambar, selalu goyang, dan pas mau mengambil ulang gambar, gerobaknya sudah sampai finish. Cuma bisa ternganga dengan aksi di Bapak. Dan yang hebatnya lagi bukan hanya Bapak-bapak yang ikut, ada juga anak kecil yang ikut. Luar biasa kamu nak :D
perlombaan main gerobak


Senin, 03 November 2014

Rabu, 29 Oktober 2014

Menang GA untuk Pertama Kalinya (GA Mbak Shabrina WS)

Sebenarnya ini kejadian sudah lama, cuma masih tersimpan di draft blog, eh pas buka-buka baru tahu kalau ada postingan yang nyempil belum di post. Ibarat pepatah, lebih baik telat daripada tidak sama sekali, begitu pun saya, daripada telat ngepost daripada gak ngepost sama sekali, hihihi...
Ceritanya 28 Oktober tahun lalu (setahun yang lalu, hehe) saya ikut GA yang diadakan oleh Mbak Shabrina WS, beliau ini adalah penulis novel. Saya belum pernah ikut GA selama jadi blogger, bukan karena tidak tertarik sih, cuma karena waktu itu saya jarang sekali blogwalking jadi info-info GA semacam itu jarang saya dapatkan. Iseng, mungkin itu juga yang ada dipikiran saya saat itu, pengen coba, juga iya sih. Menjejal kemampuan menulis, hehe..
GA-nya sederhana tapi susah sekali, pertanyaannya  adalah "mengapa kamu mau membaca novel 'Betang'?" Saat itu saya sedang dalam posisi yang down sekali, ada banyak hal yang terjadi yang membuat saya dalam posisi seperti itu, mungkin efek dari perasaan saya yang mendalam kali ya yang membuat beliau terenyuh dengan kata-kata saya, hehehe, mungkin lho :D
kata yang saya tuliskan pada GA tersebut..

Selasa, 28 Oktober 2014

Batu Gong, Pantai Keluarga di Sumbawa

Pantai Batu Gong
 Ada satu pantai di Sumbawa yang menjadi destinasi favorit para keluarga untuk liburan, namanya Pantai Batu Gong. Batu Gong dalam bahasa Sumbawa adalah batu yang berbentuk gong (sebuah alat musik tradisional yang terbuat dari leburan logam (perunggu dan tembaga) yang berbentuk bundar besar dengan tonjolan ditengahnya). Konon katanya disini ada batu yang berbentuk gong makanya dinamakan Batu Gong, cuma sampai sekarang saya belum melihat dimana letak batu yang konon berbentuk gong itu. Pantai ini letaknya lumayan jauh dari pusat kota, mengendarai motor sekitar 20 menit (standar kecepatan saya menggunakan motor yang lumayan hati-hati, hehe). Di pantai ini ada banyak penjual makanan yang menjual beraneka macam makanan ringan dan makanan Sumbawa. Jadi, kalau mau ke pantai ini dan tidak mau repot-repot membawa makanan, bisa membawa uang yang banyak untuk membeli makanan disini, soalnya harganya lumayan mahal, standar harga ditempat pariwisatalah. Disekitar pantai ini juga banyak disediakan berugak, yang bisa digunakan pengunjung untuk duduk-duduk. Bersantai di berugak sambil menikmati makanan, atau menyaksikan keramaian anak-anak yang bermain di pantai memang sangat menyenangkan. Ombak disini lumayan besar dan banyak karang-karang kecil yang bisa bikin kaki lecet, jadi mesti ekstra pengawasan kalau membawa anak-anak kemari, tapi tenang saja ombaknya masih dalam kategori aman kok. Ada banyak tempat penyewaan ban untuk berenang, dengan harga yang terjangkau sesuai ukuran ban yang kita inginkan, mulai 5rb sampai 10r. Oh ya kita juga bisa bermain banana boat disini, dengan harganya yang lumayan terjangkau dan bisa dinego-nego, hehehe.

Senin, 27 Oktober 2014

Peacefull Moment

kopi dan matahari orange

Duduk di pinggir pantai dengan segelas kopi hangat dan matahari orange adalah kedamaian yang tak terkira. Lalu kita akan bercerita tentang banyak hal, hingga tak sadar kopi ini beranjak pada gelas berikutnya, dan matahari pun hilang. Ah ini benar-benar kedamaian yang sempurna, karena ini tentang kopi, matahari orange dan kamu....

NB: Foto ini diikutsertakan pada Turnamen Foto Perjalanan Ronde 51, Tema : Peacefull

Kamis, 23 Oktober 2014

Menunggu Matahari Terbit di Bukit Kenawa

serasa gembel, hihihi
Kenawa itu serasa privat island. Tak ada orang lain selain kita disana, apalagi pas malam, sepinya terasa sekali. Yang terdengar hanya deburan ombak dan semilir angin laut yang menambah syahdu suasana. Kayaknya tempat ini cocok dijadikan tempat menengkan diri, soalnya sepi dari hingar bingar kota. Tapi Kenawa tak setenang yang terlihat, mesti ekstra hati-hati disini, soalnya pas malam banyak ular laut yang naik ke daratan, ular laut ini sangat berbahaya daripada kobra, gigitannya bisa membuat manusia mati seketika. Saran saya kalau mau menginap lebih baik buat tenda diatas berugaknya saja, lebih aman dan terjaga, dan mesti banyak bawa persediaan air, disini tak ada sumur air tawar, jadinya susah kalau mau BAB, dan hal-hal yang berurusan dengan bebersih.
Jam 8 malam, dinginnya sudah mulai terasa, tak ada diantara kita yang membawa perlengkapan yang cukup, hanya membawa beberapa potong baju dan kain pantai. Semua baju yang ada di tas dipakai bertumpuk-tumpuk supaya hangat, bahkan mukenah pun jadi selimut kita. Yang kasian itu Kak Adit dn Ginty, baju yang mereka bawa hanya baju yang mereka kenakan saja, jadi bayangkan saja betapa menderitanya mereka menahan dinginnya angin laut. Ini pengalaman kemah yang tak terlupakan selama travelling saya :D
Lagi, kopi pun sukses mendinginkan badan kita, walau gara-gara kopi itu aku sukses tak tidur semalaman...hahaha
Demi menyaksikan sunrise yang amazing, jam 4 kita sudah bangun. Setelah cuci muka dan sholat kita langsung menuju puncak bukit. Sebenarnya puncak bukitnya tidak terlalu tinggi, tetapi berhubung kita semua pakai sandal teplek jadinya agak licin pas mendaki.

Rabu, 22 Oktober 2014

Menunggu Matahari Terbenam di Kenawa

Kalau kata om Om Imran, kalau cuma buat panas-panasan ngapain ke Kenawa, yang paling seru itu kemah terus nikmati sunset dan sunrisenya yang luar biasa. Dan ternyata benar, sunsetnya itu keren sekali. Duduk-duduk dipinggir pantai, melihat matahari terbenam sambil meminum segelas kopi putih itu adalah sore yang paling indah. Seharian berlelah-lelah dengan ombak pantai kenawa, sekarang saatnya santai dengan matahari orange di depan mata, yihuuuui,,,
sunset di kenawa

Jelajah Eksotisme Sumbawa (Episode Pulau Kenawa)

Dari kemarin sepulang dari Kenawa, hati ini tak sabar sekali ingin memposting kisah perjalanan kesana. Tapi kok ya begini jadinya, ketika mau mengetik, selalu saja kehabisan kata-kata, lalu delete semua tulisan yang sudah diketik -_-, mungkin ini yang namanya efek keindahan yang membuat tak bisa berkata apa-apa, hingga menulis pun jadi tak bisa ^_^, hehehe.
Jum'at tanggal 17 Oktober kemarin saya dan beberapa teman masa SMA, berencana untuk mengadakan kemah bersama, awal mula tujuan yang kami pilih adalah Pulau Moyo, secara saya sudah pernah kesana, jadi seluk beluknya saya sudah tahu. Tetapi malam harinya sebelum keberangkatan, Ibu Bapak tiba-tiba tidak memberikan izin kesana, dengan alasan ombaknya sekarang lagi besar. Iis dan Putry (teman masa SMA saya) juga tidak diberikan izin orang tuanya, akhirnya kita merencanakan ulang agenda kita, dan terlintaslah nama Pulau Kenawa, sebuah pulau kecil yang terletak di barat Sumbawa. Yang ada di dalam otak kita saat itu, terserahlah mau kemana yang penting kita bisa liburan bersama. Setelah Kenawa kita ingin ke Pulau Bungin, pulau terpadat dunia.
Jum'at pagi pukul 07.30 kita langsung berangkat, memakan waktu yang cukup lama, sekitar 2 jam untuk sampai Poto Tano (tempat penyebrangan ke Pulau Kenawa), itu pun dengan kecepatan yang luar biasa, berhubung kita mau menikmati perjalanan, kita pun sepakat untuk tidak kebut-kebutan, walaupun dua orang yang membawa motor adalah laki-laki yang sangat tidak bisa jika tidak memacu motor dengan kecepatan tinggi. Kita pergi berlima, saya, Putry, Iis, Kak Adit (kakaknya Putry) dan Ginty (teman SMA). Mesti bawa cadangan laki-laki, sapa tau nanti dijalan motor kenapa-napa, kan ribet kalau tidak ada yang ngerti motor, hehehe.
Jam 09.00 kita sampai Alas, sarapan sebentar, dan lanjut lagi ke Poto Tano. Sampai Poto Tano jam 10.00. Sampai sana kita bingung mau kemana, dan mesti menghubungi siapa untuk penyebrangan ke Kenawa, karena kita semua masih awam info tentang pulau itu, modal nekat saja kita pergi. Sampai plang yang berbunyi, ada Bapak-bapak yang teriak dan memanggil kita. Bapak itu menawari kita untuk penyebrangan ke Kenawa. Tahu aja si Bapak kalau kita lagi bingung.
Gapura selamat datang
Kak adit yang sabar ya, hehehe
Tanpa menunggu waktu, motor langsung kita parkir ke rumah si Bapak. Si Bapak banyak bercerita tentang Kenawa, dan beliau menyarankan kita untuk menginap saja. Tapi bagaimana mau menginap, tidak ada tenda, tak ada alat masak, makanan pun kita tak bawa, hanya camilan kecil saja. Untunglah, si Bapak baik hati, beliau menawari kami untuk peminjaman alat masak, seperti panci, piring, gelas, ember, dll. Diskusi sebentar, dan kita pun fix untuk menginap, walaupun dengan peralatan yang amat sederhana. Tapi namanya juga kemah, ya mesti survival. Kak Adit juga bawa pancing, jadi kita bisa memancing ikan disana. Beli mie instan, kopi, autan, air minum 2 galon, dan snack-snack kecil lainnya sebagai persiapan kita. 
Pukul 11.00 kita langsung menyebrang ke Pulau Kenawa, waktu penyebrangan hanya sekitar 15 menit, jarak antara pelabuhan penyebrangan dengan pulau tidak begitu jauh, jadi tidak memakan waktu yang lama untuk menyebrang.
Barang-barang yang kami bawa walaupun dengan persiapan yang sangat minim ternyata banyak juga, bagaimana kalau persiapannya matang, saya khawatir kapal akan penuh dengan barang-barang yang kami bawa, hehehe. Di Poto Tano ini juga ada pelabuhan penyebrangan kapal Ferry untuk ke Pulau Lombok, jadi di sekitar laut menuju ke Kenawa kita akan melihat banyak kapal Ferry yang sedang bersandar. 
Menuju Kenawa

Rabu, 15 Oktober 2014

My First Stop Motion

Tanggal 26 Oktober nanti, kita dari Badan Perencanaan dan Pengembangan SDM (BPPSDM) UTS, mau mengadakan Gebyar Mentoring Asyik, nah saya pengen di sela-sela acaranya menampilkan video motivasi untuk mentoring. Dengan mengajak beberapa mahasiswa untuk menggarap projek ini, kita mulai memikirkan konsep, dsb. Saya sangat tidak bisa dalam soal pengambilan video dan otak-atiknya, makanya saya membutuhkan bantuan dari adek-adek mahasiswa yang bisa untuk membantu saya. Tapi ternyata mereka banyak yang sibuk mengerjakan tugas, praktikum, dan tetek bengek kuliah lainnya, alhasil saya terpekur sendiri dipojokan ruangan memikirkan bagaimana caranya buat video tapi tidak menggunakan video. Searching video-video di Youtube akhinya ketemu dengan  teknik pembuatan video dengan stop motion. Saya sangat awam dengan hal-hal grafis seperti ini, makanya rada kuno dan ketinggalan jaman sekali karena baru tahu adanya stop motion kayak gini. 
Ide awal saya adalah semua gambar yang akan difoto adalah hasil karya sendiri, pun dengan tulisan-tulisannya, tetapi setelah mencoba menggambar saya terhalang dengan kemampuan saya yang sangat lemah dengan gambar-menggambar itu, apalagi tulisan saya yang bagusnya mengalahkan tulisan dokter. Akhirnya saya minta bantuan lagi denga om google, setelah obrak-abrik, akhirnya ketemu semua gambar yang saya butuhkan, dan print. Gambar yang saya print kemudian saya potong-potong sesuai bentuknya, dan jadilah satu konsep cerita yang saya inginkan. Setelah konsep jadi, yang perlu dilakukan adalah pengambilan gambar, salahnya saya adalah saya lupa membawa tripod, padahal teknik stop motion seperti ini sangat membutuhkan tripod, agar hasilnya bagus. Tapi ya namanya juga Lulu yang sangat keras kepala, dan kalau sudah mau itu harus, saya nekat foto semuanya sendiri tanpa tripod, hasilnya tidak seperti yang saya inginkan. Berhubung Om Imran Putra Sasak ada di Sumbawa, saya meminta bantuan beliau untuk memberi masukan tentang gambar yang yang saya ambil, dan benar beliau mengatakan perlu menggunakan tripod untuk hal seperti ini. Okay gagal, semalaman saya tidak bisa tidur memikirkan ulang konsep, dan segalanya. Rabu pagi ke kantor, langsung buka kamera, tripod, dan mulai jepret-jepret gambar. Hampir dua jam berkutat dengan kamera dan gambar-gambar tidak jelas, bahkan teman seruangan saya cuma bisa melihat dengan heran apa yang saya kerjakan. 
Saya tipikal orang yang sangat penasaran, kalau saya mau belajar tentang sesuatu maka saya harus bisa, tidak perlu jadi ahli yang penting bisa. Kalau saya sudah bisa, rasanya senang yang tak terungkapkan, bahagianya tu disini (tunjuk hati :D). Seharian otak-atik laptop, edit menggunakan Picasa, program editing yang sangat standar, soalnya cuma program itu yang saya bisa. Dan akhirnya dari jam 11 pagi, video saya baru jadi jam 3 siang. Bayangkan bagaimana pegelnya badan dan otak, tapi saya bahagia bisa mengalahkan ketidakmampuan saya. Dari youtube dan om google, saya banyak belajat otodidak. Memang benar, internet itu bagai pisau bermata tajam, jika digunakan oleh penjahat maka dia bisa membunuh, tapi jika digunakan oleh chef dia bisa berguna untuk memotong makanan.
colase foto yang akan jadi animasi
Taraaaa, ini stop motion saya yang pertama, mohon masukannya ya :D

Hunting Bareng Om Imran Putra Sasak

Bagi yang punya pekerjaan rutin yang mengharuskan masuk kerja setiap hari, pasti, "i hate monday", tapi saya tidaaaaaak, soalnya senin kemarin jadi senin terkece di Oktober ini, kenapa? Soalnya dapat ajakan hunting dari seorang Master Landscaper Lombok. Namanya Om Imran Iswadhi, tapi nama gaulnya Om Imran Putra Sasak. Beliau ini adalah fotografer landscape asal Lombok, awal mula saya belajar jepret-jepret, kepo nanya ini-itu ya sama beliau. Walaupun sudah master, tapi tetap aja gak pernah merasa terganggu kalau setiap hari FB-nya penuh dengan tag-an foto newbie kayak kita-kita ini, setiap hunting terus upload di FB dan minta komentar-komentar beliau, sebagai masukan supaya jepretan semakin bagus, hihihi. Sampai sekarang pun walaupun saya sudah tidak tinggal di Lombok lagi, tapi beliau masih saja rela direpotkan dengan ajakan hunting ala newbie (baca: pendatang baru/ awam/ baru belajar) ini, hehehe. Terimakasih om Imran, sudah mau direpotkan selama ini. Ini nasehat yang paling saya ingat dari beliau:
"Tidak peduli seberapa bagus kamera yang kamu punya, yang penting itu adalah seberapa sering kamu pake kamera itu untuk foto-foto. Banyak orang yang baru belajar fotografi beberapa hari tapi sudah mau kamera yang mahal, dengan alat yang serba mahal, padahal foto yang bagus itu bukan semata-mata dari alat tapi dari pengalaman yang kita punya.  Pakai pocket pun kalau ngerti komposisi pastinya jadi oke."
Dari awal saya belajar jepret sama beliau pun, beliau selalu menekankan itu, itulah kenapa saya selalu percaya diri dengan pocket kemana-mana, walaupun disamping saya DSLR bergentayangan. Beliau banyak cerita tentang pengalaman foto beliau, bagaimana beliau belajar foto, yang semuanya juga otodidak, dari searching google, dari bertanya kepada master-master yang lain, dari pengalaman-pengalaman foto. Intinya adalah kalau mau dapat foto yang bagus maka harus rajin "jepret", itu rumus baku yang tidak akan pernah berubah. Walaupun kamera belum punya, modal kamera HP, modal memory card, modal pocket, yang penting jepret.

Jumat, 10 Oktober 2014

Tanpa Judul

Ini kopi yang kedua, setelah kopi pertama habis dalam satu teguk. Bukan peminum kopi memang, karena peminum kopi menyeruput kopinya perlahan, dalam keadaan panas, sedikit demi sedikit. Kopi ini teman setia kalau aku sedang sibuk berkutat dengan tugas, laptop, dan beberapa pekerjaan yang memusingkan otak. Aku suka begadang, bahkan begadang yang tidak jelas, membaca novel-novel yang sudah beberapa kali kubaca, mendengar musikalisasi Sapardi Djoko Damono yang aku hafal lyrik bahkan iramanya saking seringnya aku mendengarnya, membuka internet hanya sekedar membunuh waktu malam. Kopi ini kadang hadir menjadi teman, tergeletak angkuh disamping notebook-ku, sebagai bagian penyela helaan nafas yang memberat ketika tak bisa menahan beban ini sendiri. 
Ini kopi yang kedua, aku meminumnya perlahan, tanpa menunggunya dingin kemudian meneguknya perlahan seolah ini kopi terakhir yang tak ingin kuhabiskan sia-sia. Dalam seruputan kopi kedua, ada sebuah pesan yang datang dari seorang sahabat lama, hanya menanyakan kabar yang dia pun tahu sebenarnya kabarku baik-baik saja, menanyakan sedikit basa-basi sebagai prolog obrolan kami. Antara mereka yang telah dekat mengenalku, namanya beberapa kali hadir dalam inbox HP-ku, hanya sekedar menyapa dan menanyakan kabar. Hingga di pesan terakhir dia mengingatkanku untuk segera tidur. 
Sebuah pesan sederhana yang membuatku sedikit tersanjung, oh ternyata masih ada yang memperhatikan aku. Tanpa menunggu waktu, selimut kutarik, berharap malam ini aku tidak terlalu lama menunggu waktu untuk terlelap.
Terimakasih untuk sebuah perhatian yang sederhana, yang aku pun baru sadar bahwa masih ada orang yang memperhatikan.
"Jika kamu tidak dipertemukan dengan seseorang yang kau sebut dalam setiap doamu, mungkin kau akan dipertemukan dengan seseorang yang selalu menyebutmu dalam setiap doanya."

Dalam Keheningan,
Sumbawa, 9 Oktober 2014

Kamis, 09 Oktober 2014

Jilbab Bukan Penghalang untuk Travelling

"Travelling harusnya menjadi satu cara untuk kita mengenal Rabb kita, travelling menjadi satu cara untuk kita banyak bersyukur kepada-Nya, jangan sampai karena hobi jalan-jalan, sholat yang tiba waktunya malah ditunda-tunda, terus yang seharusnya istiqomah menggunakan rok, roknya harus dilepas. Kalau travelling membuat kita jadi jauh dari-Nya, lebih baik diam di rumah, nonton TV, itu lebih baik menurut saya."
Sering orang bertanya kepada kita-kita (perempuan berjilbab) ketika travelling atau melakukan aktivitas yang rada ekstrim, "Itu rok gak ribet apa kalau buat mendaki? Terus jilbaban gak panas apa, dilepas aja, kan gak ada laki-laki, nanti kalau mau outbond roknya diganti celana." Dan masih banyak komentar yang lainnya. Saya sih seringnya senyum aja kalau ada yang bilang seperti itu, karena saya tipikal orang yang tidak mau berdebat terkait masalah prinsip. Bagi saya ada hak kita yang menjadi kewajiban orang lain, dan ada kewajiban kita yang menjadi hak orang lain. Beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan kita merupakan hak semua orang, dan wajib untuk menghormati itu. Saling menghargai apa yang menjadi prinsip masing-masing menurut saya adalah satu cara untuk bisa melenggengkan hubungan sesama makhluk sosial.
Saya hobi jalan-jalan, awal mula menggunakan jilbab, saya merasa itu sangat ribet dan melelahkan, apalagi kalau mau wudhu, mesti ditempat yang tertutup dan tidak ada laki-lakinya. Apalagi dengan rok dan celana di dalam, bagi saya itu sangat tidak mengenakkan, tapi perlahan demi perlahan saya mulai terbiasa dengan jilbab dan rok itu. Malahan, sensasi jalan-jalannya terletak pada itu, seasyik apapun kegiatan yang kita lakukan, kita mesti istirahat ketika waktu sholat, mesti cari-cari masjid, mesti ribet ala perempuan, dan masih banyak lagi keribetan yang lain.  Kalau kata kakak saya, semuanya harus dinikmati, dan jangan dijadikan beban. Kalau kita merasa jilbab dan rok adalah beban untuk kita, maka selamanya akan beban juga, tak akan ada kenikmatan yang kita rasakan. Sumbawa yang super duper panas, gak pake penutup kepala, atau gak pake jaket keluar rumah sama artinya dengan membiarkan kulit gosong seketika, dan beruntunglah yang menggunakan jilbab, kulitnya terlindungi dari radiasi panas sinar matahari.
Gaya yang paling saya sukai ketika jalan-jalan atau trackking adalah kaos oblong, jilbab kaos yang langsung pakai, terus rok jeans, sepatu, dan tas ransel, berasa menjadi muslimah tangguh dengan penampilan itu, hihihi. Rok dan jilbab jangan dijadikan alasan untuk tidak bisa berativitas, malah itu jadi pelindung dan identitad kita :D
Di bawah ini ada beberapa foto saya ketika outbond di Lombok beberapa bulan yang lalu, sebelum kembali ke Sumbawa. Walaupun pakai rok, kalem aja lanjut terus :D Hihihi
Siap-siap untuk flying fox
satu dua tiga, meluncurrr
i believe i can fly
So buat para muslimah, jangan takut ya gak bisa 'eksis' jalan-jalan dengan jilbab dan rok itu, jalan-jalan gak pake baju pun mereka tidak risih sama sekali, kenapa kita mesti risih dengan penampilan kita.

Rabu, 08 Oktober 2014

Sedikit Cerita tentang Mereka dan Kurban di UTS



Seperti bayi kecil yang sedang tumbuh-tumbuhnya, lucu, imut, menggemaskan, dan terkadang juga menjengkelkan. Umur 1 tahun jikalau diibaratkan manusia adalah waktunya untuk belajar banyak, belajar berdiri, berjalan, kemudian berlari. Kadang mereka tiba-tiba demam, sakit, harus diberi beberapa imun agar sehat kembali. Kadang mereka akan merengek ketika apa yang diinginkan tidak diberikan, tetapi mereka harus belajar bahwa ada yang harus mereka dapatkan dan ada juga yang harus bersabar hingga menunggu waktunya. Ibarat bayi, mereka sedang haus-hausnya untuk belajar banyak hal. Kalian begitu lucu, menggemaskan. Bahagia bisa bersama ditengah kalian, diminta menjadi pembimbing kalian, besar dan belajar bersama. Kalian hebat, kalian luar biasa. Kelak nantinya, dari tangan-tangan kalianlah kota ini akan besar dan maju, kelak nanti di tangan-tangan kalianlah teknologi akan berkembang pesat disini. Sejalan waktu, harapan itu tumbuh, benih-benih doa bersemi setiap waktunya “Cepat besar dek, tumbuh dewasa, dan tebar manfaat itu kemanapu kalian pergi, dan katakana pada dunia bahwa kalianlah elang-elang muda di kaki Bukit Olat Maras itu.”
(Special for elang-elang muda Universitas Teknologi Sumbawa)

Prolog yang lumayan mellow untuk mengawali cerita saya kali ini, hehe. Sekarang saya bekerja di Universitas Teknologi Sumbawa, pada Badan Perencanaan dan Pengembangan SDM, kerjanya samalah seperti kemahasiswaan di Universitas lain. Ini tidak seperti bekerja, tetapi menjadi mahasiswa lagi, karena semua pekerjaan yang kita lakukan berhubungan langsung dengan mahasiswa, karena itu walaupun baru beberapa bulan disini tapi sudah banyak mahasiswa yang saya kenal. Di UTS belum ada BEM, sebagai gantinya dibentuklah FALA (Forum Alumni Leadership Academy), mereka yang masuk ke dalam FALA adalah mahasiswa yang telah mengikuti Leadership Academy yang diadakan BPPSDM. Anak-anak FALA ini nantinya akan digembleng untuk aktif di dunia organisasi kampus. Untuk tugas pertama, mereka telah sukses melaksanakan Respek UTS, mengisi mentoring agama islam untuk mahasiswa baru, dan beberapa hari yang lalu mereka jadi pantia kurban. Excited sekali melihat mereka sibuk membuat proposal kurban, hingga dengan takut-takut mencoba menghubungi Rektor UTS, Pak Zulkieflimansyah, untuk meminta kurban, kemudian menghadap bendahara kampus untuk meminta dana pelaksanaan kegiatan. Melihat kegigihan mereka, sama dengan memflash back kembali cerita saya ketika kuliah di Unram. Mereka angkatan pertama di UTS, jadi belum ada role model dari kakak-kakak tingkat terdahulu terkait pelaksanaan kegiatan, dll, jadinya kita yang di BPPSDM mesti setia mendampingi mereka (kerjaannya memang itu sih, hehe). Sebagai angkatan pertama, mereka tergolong keren, dan pintar, malah saya suka meminta bantuan mereka untuk design cover, famplet, dsb, hihihi. Berhari-hari berkutat dengan surat, proposal, donatur, rapat-rapat hingga magrib di kampus memang tidak sia-sia, mereka berhasil meng-oke-kan Pak Rektor untuk bersedekah 1 sapi, Bank BRI Sumbawa untuk berkurban 1 ekor sapi, Rumah Zakat 1 sapi, dan dapat sumbangan dari mahasiswa sebesar 3juta. Salut untuk kalian adek-adek. 
Alhamdulillah berkat kerja keras adek-adek panitia, kegiatan hari raya Idul Adha di UTS berjalan lancar. Diawali dengan pengumuman tata cara sholat Ied,  kemudian dilanjutkan dengan sholat Ied yang dipimpin oleh Ustad. Muklis Abdullah, dan bertindak sebagai khotib, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa, Ir. Thalipuddin M.Si, yang dalam khotbahnya membahas tentang taqarrub dan ketaatan sebagai solusi berbagai krisis multidimensi yang telah terjadi sepanjang tahun ini.  Hingga  proses pemotongan hewan kurban dan pendistribusiannya dikerjakan oleh panitia. 
Tetap semangat dan smilee :D
 
pelaksanaan sholat ied di lapangan UTS